My Coldest CEO

19| Feelings Of Regret



19| Feelings Of Regret

0| ruang chat |     

Leo     

Maaf sudah mengecewakan mu, terimakasih.     

| ruang chat selesai |     

Napas Azrell tercekat. Benar apa yang dikatakan batinnya beberapa menit lalu kalau Leo akan baik-baik saja dengan perpisahan mereka. Tidak ada penahanan supaya dirinya tidak pergi, ataupun ucapan lainnya. Semuanya berjalan mulus, ya setidaknya seperti itu.     

3 bulan kurang yang kandas begitu saja. Miris? tentu. Memangnya siapa yang rela melepas laki-laki seperti Leo? Entah wanita seperti apa yang menggantikan posisinya di kehidupan laki-laki tersebut, sudah akan di pastikan ia jadikan sebuah perbandingan yang besar.     

Menatap setumpuk dokumen yang sudah ia selesaikan, membuat dirinya masih bisa bernapas lega. Setidaknya masih ada hal yang membuatnya ringan tanpa beban pikiran sedikitpun.     

Ya memangnya siapa yang suruh jatuh cinta dengan seorang Leo? tidak ada. Ia sendiri yang menebar pesona, jatuh ke dalam zona nyaman, namun berakhir kandas seperti ini.     

"Baik, jangan menyesali keputusan mu, Azrell." gumamnya sambil menaruh ponsel yang berada di genggamannya ke dalam saku jas formal yang memang wajib di kenakan saat bekerja.     

Ia pikir, pekerjaannya sudah selesai tapi masih ada dokumen yang tertinggal. Ya walaupun tinggal lima dokumen lagi, tapi tetap saja harus segera di periksa, iya kan?     

Tangannya mulai meraih dokumen tersebut, ah ternyata hanya dokumen biasa saja yang tidak penting. Ia juga memeriksa dokumen yang masuk ke perusahaan sebelum di serahkan pada Leo.     

Tatapannya mulai kosong, kenapa rasanya ada sebuah kesalahan yang ia lakukan? Mengingat kekosongan itu, Azrell langsung saja menjentikkan jemarinya. Ia ingat kalau belum menghubungi Felia sedaritadi karena dirinya sangat sibuk kalau sudah duduk di bangku kekuasaannya, jadi ia belum menanyakan kabar keberhasilan dari wanita tersebut.     

Meraih kembali ponsel yang berada di tangannya, lalu menghembuskan napas. Semoga saja Felia tidak mengalami masalah, ya setidaknya seperti itu. Mencari kontak Felia, lalu menekan logo gagang telepon yang merupakan tanda akan mulai memanggil orang tujuannya.     

Setelah itu, ia menaruh ponsel di telinga kanannya.     

"Halo Ica? ada apa ya? maaf aku sedang membereskan peralatan gudang." ucap Felia di seberang sana dengan heboh. Baru memulai percakapan saja sudah mengatakan hal yang tidak di pertanyakan.     

Mendengar itu, Azrell terkekeh kecil. Ia menyandarkan tubuhnya pada kepala kursi supaya otot-otot tubuh dapat beristirahat sebentar. "Euhm, bagaimana tadi?" tanyanya to the point. Ia benar-benar penasaran dengan yang terjadi oleh Felia, pasalnya ya takut di intimidasi saja sama para maid yang bekerja di sana.     

Deheman kecil terdengar, seperti memusatkan perhatian supaya di dengar. "Kamu tau? aku benar-benar di perlakukan seperti putri, Ica. Tak habis pikir!" balas Felia di seberang sana dengan nada yang seharusnya senang, namun terdengar berkebalikan.     

Azrell menaikkan sebelah alisnya, merasa heran dengan jawaban Felia. "Maksud mu seperti putri, itu apa? aku tidak mengerti." ucapnya sambil memijat pangkal hidungnya yang mancung. Mungkin dirinya memang tidak nyambung di ajak mengobrol karena terlalu memikirkan Leo, astaga.     

Sebaiknya, kalau sayang memang sudah seharusnya di pertahankan. Tapi ia malah melepas hanya karena hal yang mungkin saja masih bisa di maafkan.     

Tunggu, apa benar seseorang yang menjadikan kita kekasih tanpa adanya rasa cinta untuk menjadikan tempat berlabuh, pantas untuk di maafkan?     

"Ya aku di perlakukan secara spesial, seperti benar-benar kekasih sang Tuan rumah. Mereka semua sangat baik dengan diri ku, dari Hers sampai Bara semuanya sangat sopan dan juga berwibawa." ucap Felia yang memberikan penjelasan, namun kini nada bicaranya terselip sebuah kesenangan yang tidak begitu kentara.     

Azrell membungkam mulutnya. Ia tidak tahu harus merasa bagaimana. Baginya, Felia memang wanita yang memiliki tingkat keberuntungan tinggi. Bahkan ia saja tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh para pelayan yang bekerja si sana. Alasannya? Ya saat ia ke rumah Leo, ia sama sekali tidak turun dari mobil untuk sekedar menyapa para maid bahkan dirinya tidak kenal dengan seseorang yang bernama Hers.     

Dan Felia? baru pertama ke sana rasa-rasanya sudah terdengar sangat akrab.     

Menarik rasa sesak yang tiba-tiba muncul di hatinya, jangan sampai rasa iri menguasai.     

Ia mencoba untuk mengulas sebuah senyuman tipis, seolah-olah itu adalah gerakan satu-satunya yang sangat mampu di jadikan support di keadaan seperti ini.     

"Oh ya? Kalau begitu bagus dong, mereka tidak akan mencurigakan diri mu yang berpura-pura menjadi aku." ucapnya yang masih mempertahankan nada ramah, sama sekali tidak menunjukkan kalau ia tidak suka dengan hal itu. Toh dirinya sendiri yang memaksa Felia ke sana, jadi kalau wanita tersebut mendapatkan semua yang tidak terka sebelumnya, itu salah sekali bukan salah siapa-siapa.     

Terdengar kekehan kecil dari seberang sana, "Jangan salah kalau dada ku sangat berdetak cepat karena hal itu." ucapnya.     

Azrell mendengus, bukan mendengus sebal. Ia beranjak dari duduknya, untuk pindah ke sofa. "Memangnya ada apa? Kalau mereka baik, kenapa masih membuat diri mu deg-degan?" tanyanya sambil mendaratkan bokong di atas sofa empuk. Menidurkan tubuhnya di atas benda tersebut, dengan kaki yang bertumpu pada pembatas sofa. Ah jangan lupakan high heels masih melekat sempurna di telapak kakinya.     

"Kamu tau tidak? aku malah di paksa untuk makan di sana, sarapan ala orang kaya memang berbeda ya, Ica? Apa kekasih mu juga suka mengajak mu sarapan atau makan siang dan malam di sana? kalau iya, pasti sangat beruntung karena makanan chef Bara benar-benar lezat." ucap Felia dengan nada bicara yang terdengar sangat senang Memang benar wanita ini hanya sibuk bekerja menjadi maid di rumahnya, menginjak restoran mahal saja seperti baru beberapa kali sampai sudah beranjak dewasa seperti saat ini.     

Azrell tersentak, ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Felia. "Maksud mu, kamu di hidangkan makanan oleh Bara?" tanyanya untuk menanyakan kembali maksud dari perkataan wanita di seberang sana.     

"Iya, bayangkan aku sarapan dengan makanan mewah. Berbahan dasar daging sapi, tapi aku tidak tahu apa namanya. Jadi ku makan saja, dan benar-benar enak dengan saus jamur." ucap Felia.     

Kalau kini mereka saling berhadapan, sudah pasti wajah Felia terlihat sangat jelas kebahagiaannya. Dan sudah dapat di pastikan juga wanita itu menampilkan senyuman lebar dengan mata yang mengerjap lucu seolah-olah tidak percaya dengan apa yang di alami dirinya.     

"Euhm, kalau begitu syukurlah. Lagipula kamu selalu menolak kalau di ajak makan bersama Daddy dan Mommy, jadi anggap saja itu sebagai hidangan pertama mewah mu di tahun ini." ucap Azrell yang berusaha tenang. Ia sedikit menjauhkan ponselnya, lalu menghela napas supaya Felia yang berada di seberang sana tidak mendengarnya. Pasti kalau dengar, wanita tersebut akan khawatir setengah mati dan meminta maaf padanya karena sudah banyak berbicara.     

Sebuah kekehan ringan di seberang sana terdengar, "Ya itu karena Bara memaksa ku. Karena katanya Tuan rumah sudah mengatakan kalau ada wanita yang datang ke rumahnya harus di perlakukan dengan sangat spesial." ucap Felia dengan sangat jujur tanpa celah kebohongan sedikitpun.     

Azrell bergeming. Tunggu, itu pesan Leo untuk dirinya, kan? tentu saja bukan untuk Felia.     

Kini, Azrell menyadari suatu hal; kepedulian Leo itu tersembunyi di balik sifat enggannya.     

"Lalu? kamu mendapatkan semua perlakuan itu?" tanya Azrell yang memang penasaran dengan Felia yang merasakan perlakukan yang seharusnya dirinyalah yang mendapatkan.     

"Ya aku hanya merasakan naik Lamborghini, rasanya sangat tidak pantas dengan diri ku. Lalu aku juga di sapa dorrman, terdengar biasa saja sih tapi menurut ku sangat luar biasa. Ah iya tentang Bara pasti kamu sudah tahu ya? Dia menceritakan tentang sang Tuan rumah dan juga putranya yang tak kalah tampan."     

Padahal, Azrell lah yang menjadi kekasih dari seorang Leo. Namun rasanya kenapa Felia yang sepertinya sudah merebut perlakuan yang seharusnya ia dapatkan hanya dalam beberapa jam saja? Apa aura gadis itu terlihat lebih baik dengan dirinya?     

"Oh ya, tadi Bara mengatakan kalau semoga kalian berdua berjodoh dan menjadi pasangan yang serasi sampai nanti." sambung Felia.     

Azrell menaikkan sebelah alisnya, "Bagaimana Bara bisa bilang begitu?" tanyanya.     

Ya pasalnya, ia memang sama sekali belum pernah mengobrol dengan Bara. Bahkan untuk tahu wajahnya saja sepertinya chef yang satu itu tidak tahu menahu. Lalu, kenapa bisa bilang begitu?     

"Iya, dia mengatakan seperti itu dan ku pikir dia mengatakan untuk diri mu." jawab Felia di seberang sana.     

Azrell hanya menarik senyumannya saja. "Tidak, ia mengatakan itu untuk diri mu." ucapnya dengan raut wajah yang sudah berubah datar.     

"Loh apa maksud mu? Yang benar saja. Aku ini cuma wanita miskin bahkan tidak memiliki selera fashion yang bagus. Aku yakin ini pertama dan terakhir kalinya menginjak mansion yang seperti istana megah itu."     

"Iya, semoga."     

Azrell sudah malas membahas hal ini. Dirinya sedang di landa dilema dan kesedihan, namun Felia malah mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan dari jauh-jauh hari.     

Beranjak dari posisi tidurnya, ia kini sudah duduk tegak dengan membenarkan letak jas yang terlihat sedikit miring dengan tangan kirinya.     

"Kamu belum memutuskan hubungan dengan kekasih mu, kan? sepertinya dia sangat menyayangi diri mu, mungkin sudah biasa tidak berkabar dengan para wanita dan lebih memilih untuk bekerja." ucap Felia yang memang memiliki pikiran yang sangat positif.     

Azrell hanya terkekeh kecil, entah dirinya harus mengatakan apa. Memang mungkin seharusnya jujur lebih baik, iya kan?     

"Aku sudah mengatakan ingin berpisah dengan dirinya, tapi aku masih sayang dan akan memantau semua kegiatannya."     

"Bagaimana kalau dia memiliki pengganti mu?"     

"Tidak masalah, asal dia lebih sempurna dari ku."     

Azrell menggelengkan kepalanya, menepis pikiran kalau Felia akan menjadi penggantinya di hidup Leo. Ya bayangkan saja, tidak mungkin selera laki-laki tersebut turun drastis dari dirinya. Tidak mungkin. Ia sudah di kenal media massa, dan mendapatkan respon bagus dari banyak orang karena dirinya good looking. Namun Felia? jangankan berdandan untuk publik, merawat diri untuk dirinya sendiri saja jarang.     

Jadi, apa yang perut di takut kan?     

"Yasudah ya, aku masih ada pekerjaan rumah. Belum mengepel lantai dua," ucap Felia yang memutuskan untuk mengakhiri panggilan telepon mereka.     

Azrell menganggukkan kepalanya, mengerti. "Kalau begitu, sampai jumpa. Nanti aku pulang ke rumah ku, jadi maaf kalau kamu kesepian."     

Pip     

Tanpa mendengarkan balasan dari Felia, ia langsung mematikan panggilan tersebut. Mulai beranjak dari duduknya dan kembali ke meja kerja, mendaratkan kembali bokongnya di kursi kekuasaan.     

Karir cemerlang, pahatan wajah yang cantik, bahkan menjadi pusat para laki-laki yang berada di Luis Company. Tidak mungkin Leo bisa dengan mudah melepaskannya begitu saja dan mengganti dirinya dengan Felia yang sudah jelas tidak sebanding. Lagipula hei! kalem saja, wanita itu tidak pernah bertemu langsung dengan Leo, jadi semuanya masih dalam batas aman.     

"Selagi belum rela melepaskan, berarti hubungan tersebut masih berlangsung, kan? tapi hanya satu pihak saja yang menjalankannya."     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.